Sabtu, 29 November 2014

Selamat Ulang Tahun

Saya tidak pandai membuat kata-kata yang bagus. Apalagi untuk kamu, sama sekali saya tidak tahu selera kamu seperti apa (haha). Tapi saya punya satu prosa bagus tentang arti bertambahnya usia. Lewat prosa ini semoga kamu bertambah bijak di usiamu yang ke-19 tahun ini.

Jembatan Zaman

Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segala.

Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah. Namun masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu? Masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika semut serdadu bagaikan kereta raksasa dan setetes embun seolah bola kaca dari surga, tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?

Waktu kecil dulu, kupu-kupu masih sering hinggap di pucuknya. Kini burung besar bahkan bersangkar di ketiaknya, kawanan kelelawar menggantungi buahnya. Namun jangan sekali-kali ia merendahkan kupu-kupu yang hanya menggeliat di tapaknya, karena mendengar bahasanya pun ia tak mampu lagi.

Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tahu.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil atau yang digejolakkan anak belasan tahun seiring dengan kecepatan zaman yang melesat meninggalkan? Karena kita tumbuh ke atas tapi masih dalam petak yang sama. Akar kita tumbuh ke dalam dan tak bisa terlalu jauh ke samping. Selalu tercipta kutub-kutub pemahaman yang tak akan bertemu kalau tidak dijembatani.

Jembatan yang rendah hati, bukan kesombongan diri.


oleh Dewi "Dee" Lestari  

Kamu tahu, ini salah satu prosa favorit saya dari karya-karya yang dihasilkan Dee. 
Haha, akhirnya selamat ulang tahun, Biq. Barakallahu fii umrik.

0 komentar:

Posting Komentar