Jumat, 06 September 2013

Aku Mau Ini (Aku Berkorban Ini)

Tidak pernah ada cerita pergi dari kebaikan meninggalkan kebaikan. Seperti meninggalkan cinta dengan benci, meninggalkan rindu dengan melupakan, ataupun meninggalkan kebersamaan dengan pengkhianatan. Namun layaknya manusia yang butuh pengertian, terkadang kita harus meninggalkan itu semua demi kebaikan semuanya, sering kita mengenalnya dengan istilah pengorbanan. Banyak istilah atau ungkapan yang sering saya baca, seperti :
" Kehidupan ini seperti pasir yang kita genggam. Semakin kuat kita menggenggam, semakin banyak pasir yang keluar. "
Yang dapat saya artikan bahwa semakin banyak pencapaian yang (akan) kita dapatkan, semakin besar pengorbanan-pengorbanan yang akan ikut di dalamnya.

Sudah banyak contoh-contoh yang ada di masyarakat, di lingkungan sekitar kita. Entah itu masa lalu, masa sekarang, atau bahkan di masa depan sekalipun.
Ambil contoh saja pahlawan-pahlawan kemerdekaan Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Cut Nyak Dien, Supriyadi, sampai anak-anak muda seperti Sukarni, Chairul Shaleh, Wikana, dann masih banyak lagi. Mereka rela menghabiskan masa hidup mereka, masa remaja mereka hanya untuk memegang senjata, mengobarkan semangat patriotisme, rela keluar masuk penjara, hidup berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tapi cuma satu yang ada di pikiran mereka. Kemerdekaan Indonesia itu mutlak, harga mati!

Sekarang, bagaimana dengan kita, saya, kamu, kalian? Apabila kita hidup pada zaman itu, apa yang akan kita pilih? Hidup enak menjadi penjajah atau hidup di ujung kematian dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Ah, tapi syukurlah kita hidup di abad 21 ini, yang katanya segala fasilitas dan keinginan mudah tercapai (padahal tetap saja ada pengorbanan di dalamnya).

Coba yang tidak jauh-jauh dari kita. Orang tua kita sendiri. Tanpa perlu ba-bi-bu lagi tentu kalian sudah ngerti kan apa aja yang orang tua kita lakukan untuk kebaikan kita?
Suatu hari saya pernah membaca status FB teman saya, kurang lebih isinya seperti ini:
" Sekarang orang tua banyak yang gak mau tahu kegiatan anaknya baik ato tidak... maunya anaknya manut aja ama ortu dan kurang diberi kebebasan buat cari pelajaran hidup yang banyak.... ORTU MANJA katane orang2.. "
Beberapa saat setelah membaca status itu, langsung saya buat status (istilahnya balasan buat status temen saya). Isinya seperti ini :
" Siapa sih yang bakalan gak terharu. Ortu selama ini puasa senin kamis buat kita padahal kita aja sering susah buat puasa itu, sholat tahajud malam malam ngedoain kita waktu kita masih tidur, dan selama ini ortu kerja motivasinya siapa coba?
mereka peduli, cuman belum waktunya kita untuk ngerti "


Lantas apa yang kamu korbankan selama ini? Apa yang kamu dapatkan selama ini?
Apa keinginan kamu yang belum tercapai? Apa lagi yang akan kamu korbankan selanjutnya?

Kita sendiri yang tahu. Kita sendiri yang memilih.

0 komentar:

Posting Komentar