Sabtu, 03 Mei 2014

Suratku Malam Ini untuk Sahabatku,


Tiada maksud ku berburuk sangka, menuntutmu melakukan sesuatu, ataupun sedikit berujar tak tahu syukur ke hadirat ilahi. Ini hanyalah kata demi kata yang sebenarnya ingin ku sampaikan, beberapa ingin terwujud. Namun aku tahu ini tidak pantas dan aku tidak enak hati padamu. Jadi maafkan aku sebelumnya.

Aku malu mengatakannya. Aku malu memintanya. Tapi tak apalah, aku hanya berani menuliskannya di sini.

Kawan, aku ingin seperti mereka, yang bahagia satu sama lain menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang ia anggap sahabat. Aku ingin seperti mereka, yang selalu menjadi pilihan pertama di atas teman-temannya. Aku ingin seperti mereka, saling percaya dan peduli. Pergi ke tempat-tempat keren dan asik bersama. Menikmati waktu-waktu bersama pastilah menyenangkan.

Suatu hari saat aku tahu mereka sedang berpergian ke suatu tempat untuk sekedar meluangkan waktu bersama, aku selalu berharap itu adalah kita, kawan. Ya, kamu tahu kawan, kamulah yang selalu pertama kali aku ajak. Aku sejak dulu ingin mengajakmu ke tempat-tempat yang keren dan menyenangkan. Tapi kamu sering menolaknya, bahkan selalu mengatakan tidak bisa untuk itu. Atau ketika kamu pergi ke suatu tempat, mengajak teman-temanmu yang lain dan aku tak pernah kau ajak sekalipun, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tak bisa memintanya langsung padamu, mana mungkin! Ya, aku harus berbaik sangka untuk itu. Mungkin kamu sedang ada urusan yang lebih penting dan lebih mendesak. Aku selalu bisa menerima itu, aku selalu mencoba paham.

Ketika mereka melakukan berbagai hal-hal yang menurutku sangat baik dan berguna untuk orang-orang di sekitar mereka, aku selalu ingin kita yang melakukannya. Bersama menyebar kebaikan dan manfaat bagi orang banyak. Pergi ke panti asuhan, berbagi keceriaan dengan anak-anak di sana. Atau membagikan beberapa bungkus nasi untuk orang-orang yang tidak beruntung di pinggir jalan.

Kawan, aku mungkin tidak bisa menjadi seperti teman-temanmu kebanyakan. Aku ini payah, maafkan aku. Tapi itu memang benar kan? Maafkan aku, sering aku merasa seperti sendiri di dalam keramaian ini. Malam ini pun aku merasakannya lagi, padahal mungkin ini adalah kali terakhir kita bertemu. Kita bersama. Lebih baik aku pergi menepi saja, dan lebih baik kamu tidak mengetahuinya. Kau lihat kan, betapa bahagianya teman-teman kita itu. Mereka bisa berfoto bersama, bercanda dan tertawa bersama. Ah, andai saja itu kita kawan...

Aku hanya ingin satu waktu, kawan. Satu waktu saja, sekali itu aku tak pernah meminta lagi. Aku tak tahu kamu menganggapku seorang sahabatmu atau tidak, tapi aku hanya ingin kamu mewujudkan keinginan sederhana dari orang yang menganggapmu seorang sahabat. Tapi kau harus paham, ini adalah suatu hal yang sulit untuk terjadi. Tak apalah kawan, aku mengerti.

Dan sebagai kata-kata penutup, aku hanya ingin kamu tahu. Di setiap doa setelah salatku aku selalu meminta kebaikan dan kesuksesan bukan hanya untukku sendiri, tapi untuk kamu juga, untuk kita kawan. Jadilah manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak yang mulia. Jangan pernah sekalipun tinggalkan salat lima waktu dan tegakkan ibadah-ibadah wajib dan sunnah lainnya. Hormat dan sayangi orang-orang di sekitarmu. Ayahmu, Ibumu, saudara-saudaramu, teman-teman barumu di kemudian hari. Jagalah kesehatanmu selalu. Tetap semangat dan kreatif dalam menjalani hidup ke depan.

Terima kasih kawan, untuk waktumu selama beberapa tahun kita saling mengenal. Semoga kamu selalu diberi kebaikkan dan kebahagiaan olehnya.

Salam,

Sahabatmu.

1 komentar: